Ilmu terkait bintang dan benda langit, ada dua,
Pertama, ilmu astronomi. Itulah cabang ilmu alam yang melibatkan pengamatan benda-benda langit (seperti bintang, planet, komet, nebula, gugus bintang, atau galaksi) serta fenomena-fenomena alam yang terjadi di luar atmosfer Bumi.
Ilmu ini termasuk ilmu pengetahuan alam, yang hukum asalnya adalah mubah.
Kedua, ilmu astrologi. Ilmu yang mempelajari gerakan benda-benda langit, terutama matahari, bulan, planet dan gugus bintang untuk diterjemahkan dengan kenyataan yang ada di bumi dan pengaruhnya terhadap taqdir masa depan.
Ilmu astrologi sangat kental dengan unsur mistis, dan ditunggangi dengan ideologi. Karena itu, ilmu astrologi yang tersebar di masyarakat, menggunakan pendekatan yang berbeda-beda, tergantung dari ideologi dan mitos yang melatar belakanginya.
Ada astrologi barat, astrologi tiongkok, astrologi weda (Jyotish), dan masih banyak yang lainnya. Semuanya tidak lepas dari mitos paganisme.
Jika kita tarik ke belakang, ada diantara umat manusia yang Allah ceritakan dalam al-Quran, yang mereka menyembah benda-benda langit dan mereka lambangkan dengan berhala di bumi. Merekalah umatnya Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Kaum Pagan Babylonia, yang mengagungkan rasi bintang.
Allah menceritakan dalam al-Quran, debat antara Ibrahim dengan mereka,
Demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin. Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat”. Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. (QS. al-An’am: 75 – 78).
Ibrahim membantah sikap kaumnya yang mengagungkan benda-benda langit, terutama bintang, bulan dan matahari. Mereka jadikan sebagai tempat menggantungkan harapan dan doa.
al-Hafidz Ibn Katsir mengatakan,
Ibrahim menjelaskan di tempat itu, kesalahan dan kesesatan mereka yang menyembah haikal, yaitu bintang berjalan yang julahnya tujuh. (Tafsir Ibnu Katsir, 3/292).
Kemudian Ibnu Katsir menyebutkan nama-nama bintang mereka.
Ada kemungkinan, bisa jadi astrologi yang dikembangkan masyarakat di zaman ini, sejatinya pelestarian dari ajaran raja namrud dan para musuh Nabi Ibrahim. Kaum pagan yang mengagungkan benda-benda langit. Mereka dikendalikan oleh mitos, bahwa benda langit itu mengendalikan takdir di bumi. Tidak jauh berbeda dengan model zodiak dan shio yang menjadi rubrik sampah di koran.
Astrologi, Cabang Sihir
Dalam kajian aqidah, ilmu astrologi, yang menghubungkan rasi bintang dengan karakter manusia dinamakan tanjim (ilmu nujum). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggolongkan ilmu ini sebagai cabang ilmu sihir. Dalam hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
Siapa yang mempelajari ilmu nujum, berarti dia telah mempelajari sepotong bagian ilmu sihir. Semakin dia dalami, semakin banyak ilmu sihir pelajari. (HR. Ahmad 2000, Abu Daud 3905, Ibn Majah 3726, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Hadis ini menunjukkan ancaman terhadap mereka yang menggunakan astrologi sebagai acuan menebak karakter atau sifat, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mensejajarkan ilmu ini dengan ilmu sihir.
Mengapa termasuk sihir? Kita simak keterangan Al-Munawi berikut,
“Karena ilmu nujum isinya menebak-nebak hal yang ghaib, yang Allah rahasiakan. Maka ilmu tentang pengaruh bintang, adalah ilmu yang batil, hukumnya haram.” (Faidhul Qadir, 6/80)
Karena itulah, mereka yang menggunakan ilmu ini untuk meramal, tidak berbeda dengan dukun peramal. Sehingga orang yang mendatanginya, dihukumi sebagaimana orang yang mendatangi dukun.
Orang yang membaca ramalan bintang/zodiak atau Shio baik itu di majalah, koran, website, melihat di TV ataupun mendengarnya di radio memiliki rincian hukum seperti hukum orang yang mendatangi dukun, yaitu sebagai berikut:
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.” (QS. Ath Tholaq: 3).
Al Qurtubi mengatakan, ”Barangsiapa menyerahkan urusannya sepenuhnya kepada Allah, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya.” (Al Jami’ Liahkamil Qur’an, 18: 161).
Jika Allah jadi satu-satunya sandaran, maka rizki, jodoh, dan segala urusan akan dimudahkan oleh Allah Ta’ala.
“Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (QS. Hud: 88)
Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.
Source:konsultasisyariah.com
Pertama, ilmu astronomi. Itulah cabang ilmu alam yang melibatkan pengamatan benda-benda langit (seperti bintang, planet, komet, nebula, gugus bintang, atau galaksi) serta fenomena-fenomena alam yang terjadi di luar atmosfer Bumi.
Ilmu ini termasuk ilmu pengetahuan alam, yang hukum asalnya adalah mubah.
Kedua, ilmu astrologi. Ilmu yang mempelajari gerakan benda-benda langit, terutama matahari, bulan, planet dan gugus bintang untuk diterjemahkan dengan kenyataan yang ada di bumi dan pengaruhnya terhadap taqdir masa depan.
Ilmu astrologi sangat kental dengan unsur mistis, dan ditunggangi dengan ideologi. Karena itu, ilmu astrologi yang tersebar di masyarakat, menggunakan pendekatan yang berbeda-beda, tergantung dari ideologi dan mitos yang melatar belakanginya.
Ada astrologi barat, astrologi tiongkok, astrologi weda (Jyotish), dan masih banyak yang lainnya. Semuanya tidak lepas dari mitos paganisme.
Jika kita tarik ke belakang, ada diantara umat manusia yang Allah ceritakan dalam al-Quran, yang mereka menyembah benda-benda langit dan mereka lambangkan dengan berhala di bumi. Merekalah umatnya Nabi Ibrahim ‘alaihis salam. Kaum Pagan Babylonia, yang mengagungkan rasi bintang.
Allah menceritakan dalam al-Quran, debat antara Ibrahim dengan mereka,
وَكَذَلِكَ نُرِي إِبْرَاهِيمَ مَلَكُوتَ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَلِيَكُونَ مِنَ الْمُوقِنِينَ . فَلَمَّا جَنَّ عَلَيْهِ اللَّيْلُ رَأَى كَوْكَبًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَا أُحِبُّ الْآَفِلِينَ . فَلَمَّا رَأَى الْقَمَرَ بَازِغًا قَالَ هَذَا رَبِّي فَلَمَّا أَفَلَ قَالَ لَئِنْ لَمْ يَهْدِنِي رَبِّي لَأَكُونَنَّ مِنَ الْقَوْمِ الضَّالِّينَ . فَلَمَّا رَأَى الشَّمْسَ بَازِغَةً قَالَ هَذَا رَبِّي هَذَا أَكْبَرُ فَلَمَّا أَفَلَتْ قَالَ يَا قَوْمِ إِنِّي بَرِيءٌ مِمَّا تُشْرِكُونَ
Demikianlah Kami perlihatkan kepada Ibrahim tanda-tanda keagungan (Kami yang terdapat) di langit dan bumi dan (Kami memperlihatkannya) agar dia termasuk orang yang yakin. Ketika malam telah gelap, dia melihat sebuah bintang (lalu) dia berkata: “Inilah Tuhanku”, tetapi tatkala bintang itu tenggelam dia berkata: “Saya tidak suka kepada yang tenggelam”. Kemudian tatkala dia melihat bulan terbit dia berkata: “Inilah Tuhanku”. Tetapi setelah bulan itu terbenam, dia berkata: “Sesungguhnya jika Tuhanku tidak memberi petunjuk kepadaku, pastilah aku termasuk orang yang sesat”. Kemudian tatkala ia melihat matahari terbit, dia berkata: “Inilah Tuhanku, ini yang lebih besar”. Maka tatkala matahari itu terbenam, dia berkata: “Hai kaumku, sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan. (QS. al-An’am: 75 – 78).
Ibrahim membantah sikap kaumnya yang mengagungkan benda-benda langit, terutama bintang, bulan dan matahari. Mereka jadikan sebagai tempat menggantungkan harapan dan doa.
al-Hafidz Ibn Katsir mengatakan,
وبين في هذا المقام خطأهم وضلالهم في عبادة الهياكل، وهي الكواكب السيارة السبعة المتحيرة
Ibrahim menjelaskan di tempat itu, kesalahan dan kesesatan mereka yang menyembah haikal, yaitu bintang berjalan yang julahnya tujuh. (Tafsir Ibnu Katsir, 3/292).
Kemudian Ibnu Katsir menyebutkan nama-nama bintang mereka.
Ada kemungkinan, bisa jadi astrologi yang dikembangkan masyarakat di zaman ini, sejatinya pelestarian dari ajaran raja namrud dan para musuh Nabi Ibrahim. Kaum pagan yang mengagungkan benda-benda langit. Mereka dikendalikan oleh mitos, bahwa benda langit itu mengendalikan takdir di bumi. Tidak jauh berbeda dengan model zodiak dan shio yang menjadi rubrik sampah di koran.
Astrologi, Cabang Sihir
Dalam kajian aqidah, ilmu astrologi, yang menghubungkan rasi bintang dengan karakter manusia dinamakan tanjim (ilmu nujum). Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam menggolongkan ilmu ini sebagai cabang ilmu sihir. Dalam hadis dari Ibnu Abbas radhiyallahu ‘anhuma, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
مَنْ اقْتَبَسَ عِلْمًا مِنَ النُّجُومِ، اقْتَبَسَ شُعْبَةً مِنَ السِّحْرِ زَادَ مَا زَادَ
Siapa yang mempelajari ilmu nujum, berarti dia telah mempelajari sepotong bagian ilmu sihir. Semakin dia dalami, semakin banyak ilmu sihir pelajari. (HR. Ahmad 2000, Abu Daud 3905, Ibn Majah 3726, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Hadis ini menunjukkan ancaman terhadap mereka yang menggunakan astrologi sebagai acuan menebak karakter atau sifat, karena Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mensejajarkan ilmu ini dengan ilmu sihir.
Mengapa termasuk sihir? Kita simak keterangan Al-Munawi berikut,
لأنه يحكم على الغيب الذي استأثره الله بعلمه فعلم تأثير النجوم باطل محرم
“Karena ilmu nujum isinya menebak-nebak hal yang ghaib, yang Allah rahasiakan. Maka ilmu tentang pengaruh bintang, adalah ilmu yang batil, hukumnya haram.” (Faidhul Qadir, 6/80)
Karena itulah, mereka yang menggunakan ilmu ini untuk meramal, tidak berbeda dengan dukun peramal. Sehingga orang yang mendatanginya, dihukumi sebagaimana orang yang mendatangi dukun.
Orang yang membaca ramalan bintang/zodiak atau Shio baik itu di majalah, koran, website, melihat di TV ataupun mendengarnya di radio memiliki rincian hukum seperti hukum orang yang mendatangi dukun, yaitu sebagai berikut:
- Jika ia membaca zodiak atau shio, meskipun ia tidak membenarkan ramalan tersebut maka hukumnya adalah haram, sholatnya tidak diterima selama 40 hari. Dalilnya adalah sabda Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam yang artinya,
- Jika ia membaca zodiak atau shio, kemudian membenarkan ramalan tersebut, maka ia telah kufur terhadap ajaran Muhammad Shallahu alaihi wasallam. Rasulullah Shallahu alaihi wa sallam bersabda.
وَمَنْ يَتَوَكَّلْ عَلَى اللَّهِ فَهُوَ حَسْبُهُ
“Dan barang siapa yang bertawakal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan) nya.” (QS. Ath Tholaq: 3).
Al Qurtubi mengatakan, ”Barangsiapa menyerahkan urusannya sepenuhnya kepada Allah, maka Allah akan mencukupi kebutuhannya.” (Al Jami’ Liahkamil Qur’an, 18: 161).
Jika Allah jadi satu-satunya sandaran, maka rizki, jodoh, dan segala urusan akan dimudahkan oleh Allah Ta’ala.
إِنْ أُرِيدُ إِلَّا الْإِصْلَاحَ مَا اسْتَطَعْتُ وَمَا تَوْفِيقِي إِلَّا بِاللَّـهِ عَلَيْهِ تَوَكَّلْتُ وَإِلَيْهِ أُنِيبُ
“Dan tidak ada taufik bagiku melainkan dengan (pertolongan) Allah. Hanya kepada Allah aku bertawakkal dan hanya kepada-Nya-lah aku kembali.” (QS. Hud: 88)
Wallahu waliyyut taufiq was sadaad.
Source:konsultasisyariah.com
EmoticonEmoticon